Cinta Kepada Sang Perawan
Benang itu tak jua dapat aku sambung…
Meski tetesan darahku alat penyambungnya…
Kau lepas…
Bebas…
Terbang melayang membawa hatiku...
Tak peduli ketika pedih menderaku...
Kau bidadari kematian...
Hadir tawarkan sianida tentang cinta...
Datang dan berlalu begitu saja...
Sayatkan kesepian...
Sepasang sayapku telah patah...
Aku tak lagi bisa mengepak...
Menggapaimupun ku lumpuh kini...
Telaga bukan tempatku berlari...
Hanya jemarimu buatku mampu untuk berdiri
Tetapi mengapa kau hendak pergi?
Tak adakah lagi hati?
Tak adakah lagi cinta?
Setitikpun aku kan terima...
Asalkan jiwamu rela...
Menerima jiwaku yang durhaka...
Sembari tersenyum kau hujamkan rasa...
Cendawan yang begitu memabukkanku...
Aku terpesona olehmu...
Kau pemenang hatiku...
Dan bukan aku jawaranya...
Kau penguasa jiwaku...
Dan bukan aku pemilikmu...
Kau malaikat putra Allah...
Sedangkan aku bukan..
Kau kesatria sedangkan aku hanyalah hamba...
Dunia kita berbeda...
Langit hitam lambangkan kegelapan...
Menyeruak tepikan kesepian...
Mata berlinang wakilkan kepedihan...
Tertunduk dan terisak...
Aku datang sayang...
Aku datang dengan penuh cinta...
Tapi mengapa hanya kabut keraguanmu yang menyala...?
Menghardik, mengusirku masuk ke dimensi kesunyian...
Aku rindu pelukmu...
Aku rindu cintamu...
Dengarkah olehmu??
AyEx'08
saat benang itu tersambung
BalasHapusaku tak dapat berbuat apa apa
aku kembali jatuh cinta
wajahnya membuatku terus mengaguminya walau aku sudah punya pujaan hati
karena aku sudah menunggunya selama 10 tahun
saat ia kembali dan membuka hatinya untukku
hasrat yang lama terpandam itu memaksa keluar dari hatiku
hasrat yang sudah kupandam dalam dalam
meledak keluar dan merusak otakku
aku tak dapat berbuat apa apa kecuali menerimanya kembali
sehingga aku tak dapat lagi memilih
dan mau tidak mau aku harus menerima keduanya