Tayangan halaman minggu lalu

Senin, 15 April 2013

-Ketika Ibu Menangis-

       Sejenak aku merenungkan...
       Sebuah kejadian haru dimana seorang anak berlutut dihadapan seorang ibu. Yang tak lain adalah ibundanya. Ia tertunduk haru bukan karena kepedihan atau kekecewaan yang mendalam ataupun kesakitan raga. Namun tertunduk haru dan menitikkan air matanya untuk meminta doa dan restu Sang ibu.
       "Ibu, hari ini hari terindah yang akan kujalani bersama wanita pilihanku. Dialah sebagian dari nyawaku yang terlahir dari anugerah Tuhan yang terciptakan untukku. Yang nantinya akan menjadi ibu dari anak-anakku. Dan menjadi ibu dari cucu-cucu ibu sendiri. Ananda mohon doa dan restu untuk kami. Ananda mohon ibunda sudi memaafkan segala dosa dan salah ananda semasa ananda masih kecil hingga hari ini ananda menghadap dan berlutut dihadapan ibunda. Ketika, ananda belum pernah membuat ibunda bangga dan tersenyum oleh karena apa yang ananda lakukan. Ataupun ketika ananda melukai hati ibu yang tak pernah lelah merawat ananda semenjak dari kandungan hingga dewasa kini..."
        
Photo by: Jan Christian Alexander

        Ibunda akan menjawab dengan doa dan restu yang tulus " Iya anakku, kebahagiaanmu adalah kebahagiaan Ibu. Ibu hanya bisa berdoa untuk segala kebaikan yang kelak akan kau jalani bersama menantuku yaitu wanita pilihanmu. Jadikanlah ia bagian hidupmu yang selalu kau taburi rasa cinta hingga kelak engkau duduk seperti ibu dan memberikan doa dan restu kepada anak-anakmu, sama seperti yang ibu perbuat untukmu selalu..."
        Dan kedua Ibu dan anaknya berpelukan melepaskan tangis yang sungguh tak kupahami mengapa terjadi demikian. Akupun turut terharu...
Hingga aku teringat dengan sebuah pesan yang tertulis dalam catatanku tentang ibu:
"Aku mempunyai pasangan hidup...
  Saat senang, aku cari pasanganku...
  Saat sedih aku cari ibu...
  Saat sukses aku ceritakan pada pasanganku...
  Saat gagal aku ceritakan pada ibu...
  Saat bahagia aku peluk demikian erat pasanganku...
  Saat sedih aku peluk erat ibu...
  Saat berlibur aku bawa pasanganku...
  Saat aku sibuk, aku antar anakku pada ibu...
  Saat Valentine aku selalu beri hadiah pada pasanganku...
  Saat hari ibu, aku hanya dapat mengucapkan "selamat hari ibu" pada ibu...
  Aku selalu ingat pasanganku...
  Tapi ibu selalu ingat aku...
  Setiap saat, aku akan telpon pasanganku...
  Jika ingat aku akan telpon ibu...
  Selalu aku belikan hadiah untuk pasanganku...
  Entah kapan aku akan belikan hadiah untuk ibu..."
        Semakin aku tertegun... Karena ibu takkan pernah menunjukkan air mata tangisannya dihadapan putra dan putrinya. Beliau akan lebih memberikan semangat kepada putra-putrinya meski beliau dalam keadaan sakit seperti apapun...
        Dan ketika ibu menangis, apa yang sebenarnya beliau rasakan?? Apakah kita mengetahuinya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar