Tayangan halaman minggu lalu

Rabu, 07 September 2011

Ketika Sayapku Tinggal Sepenggal


Ketika sayap kokohku tercabik...

Tak kuasa ku menahan sakit yang tak terkira...

Di kala itu pulalah aku jatuh tersungkur mencumbui tanah terjal bebatuan...

Lahirkan luka dalam menikam tubuhku..

Menghujam begitu dalam hingga tiada lagi rasa keindahan...


Kucoba berdiri tegakkan tubuhku yang tertatih...

terasa ngilu seluruh sendi tubuhku yang rapuh

Terasa begitu berat ku tengadahkan kepala...

Serasa ragaku luluh lantak tak dapat bergerak..


Aku sadar...

Aku terbelalak oleh sebuah kebenaran...

Bahwa kesejatian raga tiadalah nyata adanya...

Kesaktian duniawi tiadalah abadi...

Yang ada hanyalah permainan sang waktu...

Datang dan berlalu seturut Sang Maha Tahu


Ketika sayapku tinggal sepenggal...

Hanya kenanganlah yang tertinggal...

Mulai terkubur di penantian sang ajal...

Lunturkan hati-hati mereka yang bebal...


Ketika sayapku tak lagi kokoh...

Dan ketika itu pulalah keperkasaanku roboh...

Terkikis oleh kesombonganku yang bodoh..


Ketika sayapku telah patah...

Hanya Engkaulah yang membuatku pasrah..

Hanya Engkaulah yang membimbingku tuk berserah...


Kehidupan, kematian, kebahagian, kesedihan, terlahir daripadaMu Sang Pemurah...

Kesedihan Sang Malaikat Cinta


Kudengar sayup suara tangisan...

Tangisan pilu yang terasa syahdu...

Ku pusatkan inderaku tuk mencari sumber suara itu..


Semakin jelas kudengar....

Dan kudengar semakin jelas...

Suara itu...

Suara Sang Malaikat...


Kurapatkan tubuhku di balik dinding bersanding tepat di dekat malaikat itu menangis...

Kucoba rasakan letupan rasa yang menjelma dalam suara tangisannya...

Kutajamkan nuraniku semakin mengikuti tangisan itu...

Dan jatuhlah pula air mataku sejadinya...


Kukenali luapan rasa itu...

Hampir serupa dengan nada rasa yang pernah hinggapi dadaku...

Begitu menyayat hingga semua terasa sesak bagai di dera hempasan gelombang laut maha dahsyat..


Kuberanikan diri untuk mendekati malaikat itu...

Sebuah naluri kekasih muncul tiba-tiba dari hatiku untuk menenangkannya...

"Mengapa kau menangis sendiri di sini?" tanyaku...

"Aku memang terlahir sendiri-sendiri tak serupa denganmu manusia" jawabnya

"Kau tercipta berpasangan, bertegur sapa, saling mencintai bahkan saling memiliki! sedangkan aku tidak!" Lanjutnya

"Kau salah malaikat! Kami memang tercipta berpasangan tetapi tak semuanya bisa dimiliki!" jawabku

"Dan kesemuanya tiada yang abadi seperti layaknya semua yang kau miliki" tegasku

"Aku memang mahluk yang abadi namun tak sesempurna engkau wahai manusia!"

"Dalam jiwamu terciptalah rasa.. Dalam rohmu terciptalah cinta... dan di dalam ragamu engkau dapat mencinta!" Jawab malaikat itu..

Aku tertegun terdiam seribu bahasa...

Mencoba mengais makna yang tersirat dalam kata-kata sang malaikat...


Betapa bahagianya aku sebagai MANUSIA yang dapat mencinta...

Betapa senangnya aku sebagai MANUSIA yang bisa merasakan cinta...

Tetapi mengapa masih saja tercipta luka saat MANUSIA mengenal cinta?

"BODOH!!!" Malaikat itu berteriak seraya menatapku dengan nanar

Tatapan mata kesedihan yang berbuah dendam!!

"Apa katamu? Aku BODOH??!!" Tanyaku merah padam

"Kau BODOH karena kau tak menyadari inti dari sebuah lingkaran"

"Kau BODOH karena kau tak memahami ikatan makna sebuah rangkaian peristiwa" tegas malaikat itu

"Dikala kau menorehkan cinta terlahirlah makna duka dan bahagia!"

"Disaat kau mencintai terangkailah akhir bahagia ataupun duka!"

"Tapi kau MANUSIA hanya ingingkan sebuah kebahagian tanpa menyadari sebuah pilihan yang penuh dengan duka" jawab malaikat itu sambil menghilang dalam sekejap mata


Aku tertawa sejadi-jadinya ketika otakku mendapatkan harta pengertian yang tak terhingga harganya....

"Kau benar malaikat! Manusia selalu dihadapkan dalam dua sisi yang berbeda"Dalam mencintai terlahirlah pula suka dan duka

Dalam mengasihi terciptalah pula sedih dan bahagia

"Dan kesemuanya tiadalah yang abadi baik cinta, suka dan bahagia...

Sepetik Nasehat Ibu II


Wahai engkau anakku terkasih....

Jangan pernah engkau merasa sedih..

Meski jiwamu terasa tersisih...

Jagan pernah kau ragu...

Walau halangan menghadangmu...


Wahai engkau engkau putraku...

Terukir indah dari rahimku...

Tersenyumlah jika waktu menginginkan kau tersenyum...

Menangislah dengan lepas jika kau ingin menangis...

Dan redamlah amarah jika hatimu telah memerah darah...

Hanya di pelukanku...

Dipelukanku ibumu...

Sepetik Nasehat Ibu I


Hai kau anakku yang terlahir dari rahimku...

Kucintai engkau sepenuh hatiku...

Sedihmu adalah dukaku...

Pedihmu ikatkan perih batinku...


Kini kau beranjak dewasa bahkan kelak menjadi besar...

Berjagalah diri untuk menjadi manusia mandiri...

Berteguhlah dalam janji tuk tidak berdiam diri...

Membakar selalu jiwa yang suci di kehidupanmu nanti...